02 - Cerita buruh menjadi programmer
Cerita panjang perjalanan hidup dan karir saya sampai bisa menjadi programmer di beberapa peruasahaan teknologi besar di Indonesia.
Cerita ini saya pecah menjadi beberapa bagian dikarenakan lumayan panjang untuk dijadikan satu artikel. Baca keseluruhan ceritanya pada tautan berikut:
- Bagian 1 - Cerita anak kampung menjadi programmer
- Bagian 2 - Cerita buruh menjadi programmer - kamu disini
- Bagian 3 - Cerita saya menjadi programmer
Tulisan ini saya persembahkan bagi mereka yang sedang belajar menjadi Programmer atau Software Engineer, bagi mereka para newbies, bagi mereka para fresh-grad yang seringkali mengeluhkan betapa susahnya belajar mengenai programming.
๐ท Menjadi Buruh
Seperti sudah saya jelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa dengan bersekolah di SMK, kami diharapkan bisa lebih siap untuk langsung terjun ke dunia kerja. Namun faktanya, mencari kerja bahkan dengan label lulusan SMK pun itu ternyata bukan hal yang mudah juga.
Pernahkah kalian bertanya ke tukang sapu yang ada di Mall-mall, atau tukang bersih-bersih di toilet-toilet di tempat pusat perbelanjaan, mereka itu lulusan apa sekolahnya? Atau pernahkah kalian tau kalau buruh di beberapa perusahaan manufaktur yang kerjanya sebenarnya โitu-ituโ aja, mereka itu lulusan apa? Jangan kaget kalau beberapa mungkin akan kalian dengar sebagai lulusan SMA dan sederajat.
Yaaa, betapa ironi ๐ญ.
Sekolah dari SD, SMP sampai SMA 12 tahun lamanya. Belajar berbagai pelajaran yang cukup susah, lalu nyatanya cuma buat kerja jadi tukang sapu atau tukang bersih-bersih (maaf, bukan maksud untuk mengecilkan peran ini). Hmmmm, sedih sih kalau ingat kenyataan ini ๐ญ. Tapi ini fakta dan tentunya masih dan makin banyak terjadi di sekitar kita juga loh.
Begitupun saya, lulus dari SMK lalu pergi ke kota mencari kerja (apapun itu โ selama halal) tanpa menaruh ekspektasi tinggi, namun yang terjadi, itupun tetap tidak mudah. Butuh waktu berbulan-bulan dan hampir setahun bagi saya untuk bisa mendapatkan pekerjaan pertama saya setelah lulus dari SMK. Dari yang awalnya bersemangat buat cari kerja, sampai hilang keyakinan, sampai berfikir: โkerja apa aja deh udah, gak akan pilih-pilih sayaโ, ternyata juga tetap susah nyarinya.
Ada sedikit cerita lucu dengan almarhum kakek sayaโฆ Pernah suatu ketika, di masa-masa nganggur dan mencari kerja ini, saya berbincang dengan beliau dan akhirnya diminta oleh beliau untuk pulang dulu ke kampung, menurut beliau, saya dulu salah โhariโ pas berangkat ke Jakarta. Jadi sebaiknya pulang aja dulu, nanti cari hari baik lain pas mau berangkat lagi. Percaya gak percaya, saya sih nurut aja, pulang kampung, niatnya buat menghormati orang tua sekalian bisa istirahatkan kepala sejenak, ngobrol-ngobrol lagi sama orang tua, biar dapat semangat lagi buat nganggur dalam usaha mencari kerja.
๐ฐ Menjadi Buruh Kasir Supermarket
Pekerjaan pertama saya ialah sebagai kasir di sebuah supermarket di Jakarta. Yap, kalau kalian pernah ke minimarket seperti BetaMart dan dilayani oleh seseorang yang akan men-scan barang-barang yang sudah kalian beli, menerima pembayaran, mengembalikan kembalian uang kalian, membungkus belanjaan kalian, sampai menawarkan pulsa ke kalian, yappppโฆ itu namanya kasir. Namun pekerjaan saya tidak seenak Mba-mba di BetaMart yang bisa bercanda dan ngobrol sambil melayani pembeli, atau malah duduk ngumpet pas kita mau bayar, atau dengan juteknya melayani pembelian kita tanpa melihat mata kita sama sekali ๐ฉ. (percayalah, ini hanya segelintir oknum aja, gak perlu digeneralisir)
Kerja keras (atau dikerjain ya?) bagai kuda ๐ด.
Lewat pekerjaan pertama saya ini, saya berhasil membesarkan betis karena harus berdiri 9 jam yang porsi pembagiannya bisa diatur seenak jidat. Bisa jadi kami baru datang 2 jam dan sudah diminta untuk istirahat, kemudian sisanya 7 jam harus berdiri dan bekerja tanpa istirahat ๐ค. Gila emang sih pada masa itu, dikira bukan orang kali, kami-kami ini yang kerja untuk mereka ๐คก.
Lewat pekerjaan ini pula saya berhasil membuktikan kalau iman itu memang berat untuk dipegang, apalagi dihadapkan dengan urusan kepentingan dunia. Saya mengalami bagaimana meminta ijin untuk sholat itu gak kalah mengerikan dibandingkan meminta ijin buat menikahi anak orang ๐. Dan tidak sedikit yang pada akhirnya lewat ๐ญ. Menyedihkan memang, seandainya mereka punya lingkungan yang lebih baik, saya rasa banyak dari mereka yang tidak memilih melepaskan kewajiban beribadah mereka.
Pekerjaan ini memuakkan? tentu saja.
Tapi saya harus bersyukur, saya bukan orang yang suka meludahi tempat makan saya. Saya bukan orang yang akan tiap hari menggunjing tempat saya bekerja namun bertahun-tahun tetap bertahan di tempat tersebut. Selama saya masih butuh uang dari pekerjaan tersebut, berarti saya tetap harus bersyukur atas keadaan sekarang. Tentu sembari mencari tempat yang lebih baik, saya tidak mau terlalu lama berada di tempat yang tidak memberikan saya ruang berkembang bahkan menjalankan kewajiban beribadah saya dengan bebas.
Saya bersyukur pernah bekerja di tempat tersebut sebagai kasir, saya bertemu banyak teman disana, yang sebagian besar itu seumuran dengan saya dan pastinya senasib sepenanggungan (hmmm, jadi ingat ada yang tiap pulang kerja selalu ngisi botol air mineral sampai penuh ๐ , saking gak maunya beli air minum). Saya juga bertemu Istri saya ya di tempat ini ๐. Kalau dibikin judul sinetron di Indos**r mungkin akan seperti ini โIstriku ternyata mantan teman kerjakuโ.
๐ง Menjadi Buruh Pabrik Roti
Ini merupakan pekerjaan kedua sekaligus menjadi rekor terlama saya di satu perusahaan, setidaknya sampai tulisan ini dipublikasikan.
Tidak sampai genap setahun saya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan menjadi kasir dan atas bantuan paman yang sudah lebih dulu bekerja di tempat ini (*ini namanya kolusi ya), akhirnya saya bisa menjadi buruh di sebuah pabrik roti besar di Indonesia.
Tak tanggung-tanggung, saya langsung mendapuk posisi yang teramat sangat keren jika disampaikan, yakni Quality Control yang termasuk di bawah departemen Research and Quality (RnQ). Meskipun sebenarnya ini cuma pencitraan belaka ๐ค. Gajinya ya buruh-buruh juga, kerjaannya ya buruh-buruh juga ๐. Pada dasarnya pekerjaan saya ada 2 bagian besar, pertama memastikan kualitas hasil produksi, kedua melakukan riset untuk produk baru. Saya sendiri masuk ke QC di bagian bakery atau bagian roti (karena ada bagian lain, seperti cokelat, gudang, lab, floor mixing, dll), yang artinya berkaitan dengan berbagai produk roti yang sudah masuk ke tahap produksi maupun masih dalam fase riset.
Jadi produk yang dimaksud di sini bukan produk akhir macam donat matang, brownies, atau lainnya tapi tepung yang sudah di mix dengan bahan-bahan yang dibutuhkan ya. Produk ini nantinya akan di kirim ke dapur-dapur seluruh Indonesia, sehingga bisa cukup tambahkan air dan beberapa bahan tambahan sedikit, sudah bisa jadi roti yang diinginkan.
Bagaimana cara melakukan tes pada produk tepung mix diproduksi di pabrik?
Paling mudah ya ambil sampel dari bahan baku terus bikin produk jadinya. Jadi dalam bahasa mudah, kerjaan saya ya bikin roti untuk sampel setiap hari. Ini dimaksudkan untuk mengontrol kualitas dari tepung mix yang selesai dari proses pabrikasi.
Terus bagaimana cara riset paling bar-bar? Ya, trial and error. Jadi kerjaan kedua saya ya (lagi-lagi) bikin roti dengan komposisi yang dicoba-coba dan diubah-ubah setiap saat.
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan paling menyenangkan di dalam karir saya sampai sekarang, bukan karena pekerjaannya, bukan pula karena gajinya, namun karena orang-orang di dalamnya. Berada di sekeliling orang-orang yang sudah seperti keluarga sendiri, tak ada pembatas maupun aling-aling. Suasana bekerja yang selalu disisipi gelak tawa, tawuran, gosip murahan, serta j*di yang merajalela di berbagai sudut. Saya tidak pernah merasa saya berangkat bekerja, saya hanya berpikir bertemu dengan orang-orang ini. Dan semua lelah dari pekerjaan ini selalu terbayar lunas oleh suasana kekeluargaan yang terjalin antar sesama karyawan.
Pekerjaan ini bukan berarti tidak melelahkan, saya harus membuat roti seharian, seringkali tanpa jeda, tidak bisa ditinggal, selalu waspada terhadap timer, belum lagi harus berurusan dengan berbagai benda berbahaya dari mulai minyak super panas, oven tua yang tidak kalah mengerikan ketika dinyalakan dan banyak lagi. Saya juga harus mengurus sendiri ruangan bekerja saya, yang artinya harus menyapu, mengepel, dan membersihkan semua perangkat kerja tiap hari, menguras minyak sisa penggorengan, membersihkan tembok yang hitam lebam bekas asap dan lain sebagainya. Di beberapa kesempatan saya malah harus masuk di hari libur untuk membersihkan gudang penyimpanan sampel yang sudah kadaluarsa.
Semua hal melelahkan ini saya jalani dengan ikhlas karena selama bekerja disini pulalah saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah dengan menyisihkan sisa uang gaji yang tidak seberapa. Saya melupakan semua lelah dan berusaha tetap bertahan demi pendidikan yang lebih tinggi.
๐ Buruh aja kok kuliah IT sih?
Seluruh keluarga saya dari kakek nenek tidak ada satupun yang pernah tau nikmatnya mngenyam pendidikan di bangku kuliah. Kuliah buat keluarga saya merupakan hal yang seperti tidak mungkin, hal yang akan cuma jadi angan-angan, hal yang teramat jauh untuk diwujudkan. Meski begitu dari awal sejak saya lulus SMK pada dasarnya saya sangat mendambakan bisa merasakan kuliah, meskipun saya tetap memutuskan bekerja terlebih dahulu, ini bukan karena saya tidak ingin kuliah namun melainkan memang karena tidak sanggup.
Memutuskan untuk kuliah tentu bukan perkara mudah juga bagi saya, saya harus ngomong ke orang tua khususnya ibu, meminta maaf kalau saya tidak bisa menyisakan banyak uang untuk di transfer ke rumah selama beberapa tahun semasa kuliah ๐ญ. Ini mungkin bagian paling susah buat saya dan menjadi bagian paling egois bagi saya, sebab saya sadar ibu dan adik-adik saya jelas membutuhkan uang tersebut lebih dari saya.
Bisa kuliah, dan mengambil jurusan teknik informatika. Ini merupakan hal paling aneh yang terjadi di hidup saya yang saat ini menjadi hal yang saya syukuri dengan teramat sangat. Saya, anak kampung yang tidak kenal komputer, bingung caranya menyalakan komputer, tidak pernah memiliki komputer sebelumnya, yang sampai hari ini masih ngetik dengan 11 jari, looh kok berani-beraninya kuliah jurusan yang berhubungan dengan komputer.
Entah kenapa, saya sendiri tidak begitu paham apa pertimbangan saya waktu itu mengambil jurusan ini (*mungkin salah satunya faktor jarak kampus yang termasuk dekat ๐ค). Pastinya jelas semester-semester awal merupakan ujian paling berat buat saya. Saya sering merasa ingin menyerah saja, ingin keluar kuliah dan lebih baik mengirimkan uang untuk kuliah ke keluarga di kampung saja. Namun tentu peran keluarga merupakan hal penting dalam masa-masa seperti ini. Keluarga yang selalu mendukung dan tidak pernah sedikitpun mengeluh menghadapi serunyam apapun urusan di rumah.
Saya berusaha memahami setiap pelajaran yang diberikan di kampus. Setiap teori berusaha saya serap waktu itu juga (*maklum saya tidak punya banyak waktu untuk belajar) jikapun gagal memahami saya berusaha secepatnya mengejar seusai pulang biasanya. Celakanya, saya selalu tertinggal tiap harus praktek, saya tidak pernah bisa memahami berbagai perintah dan tugas yang diberikan baik oleh dosen maupun asisten dosen di lab komputer. Hal ini seperti terus terjadi dan berulang sampai saya lulus, sehingga sebagian besar nilai saya memang baik ketika berhubungan dengan berbagai teori-teori, dan hampir pasti jelek bila berhubungan dengan praktek di depan komputer apalagi urusan coding dan programming.
Sedihnya lagi, waktu saya sudah habis untuk bekerja dari senin sampai jumat dan sabtu minggu untuk kuliah. Saya tidak pernah tau bagaimana dunia di luar kampus, apalagi perkembangan ilmu di dunia industri terkait IT. Saya cuma berharap pada ilmu yang diberikan oleh kampus.
Selesai ๐๏ธ.
๐ Baca juga bagian berikutnya: